MORUT – Konflik agraria yang melibatkan PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) dengan Masyarakat Adat Tau Taa Wana di Baturube Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara seakan tak pernah habisnya.
Kali ini, dengan massa aksi yang cukup besar, Masyarakat Adat Tau Taa Wana kembali melakukan protes dengan menduduki lokasi perkebunan sawit PT KLS yang berada di Desa Tokala Atas, (3/11/2025).
” Sudah lebih dari cukup selama ini PT KLS menguasai lahan masyarakat dan sudah waktunya kami masyarakat adat bangkit menuntut hak-hak kami,” kata salah satu warga Moh Yamin.

Yamin juga menekankan ketika melakukan unjuk rasa jangan mau warga dibenturkan dengan aparat. Sebab tugas aparat keamanan adalah menjaga dan mengayomi masyarakat.
” Yang kami tuntut adalah hak-hak kami yang dirampas oleh Perusahaan,” tekannya.
Masyarakat Adat lanjutnya, tidak akan pernah berhenti melakukan aksinya, sebelum perusahaan hengkang dari wilayah mereka.
” Itu harga mati,” tegasnya.
Sebelumnya, puluhan warga mendatangi kediaman pribadi Gubernur Sulteng Anwar Hafid di Jalan Samratulangi Palu pada Sabtu, 1 November 2025.
Kedatangan mereka untuk mengadukan pendudukan lahan warga oleh PT KLS yang sudah berlangsung selama 20 tahun lebih.
Puluhan warga tersebut berasal dari 9 desa di antaranya, Desa Pandauke, Tanasumpu, Momo, Tambale. Kemudian Desa Girimulya, Tokala Atas, Posangke, Taronggo, dan Pokeang serta Baturube di Kecamatan Mamosalato dan Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara.
Selain Gubernur, desakan yang sama juga disampaikan pada Satgas Penyelesaian Konflik Agraria (PKA) Sulteng. Para warga meminta agar konflik agraria ini bisa terselesaikan dengan satu tuntutan yaitu kembalikan hak-hak keperdataan masyarakat dan PT KLS angkat kaki dari wilayah tersebut.
SM

















