BANGGAI – Penguatan Organisasi Tani adalah sebuah keharusan dalam memperjuangakan keadilan agraria. Kesolidan internal adalah modal kekuatan dalam menghalau ekspansi Korporasi (Perusahaan) yang dinilai melanggar hak-hak para petani dilingkar industri.
Melihat kondisi itu, Serikat Petani Toili telah melakukan konsolidasi untuk mengevaluasi dan memperkuat gerakan reforma agraria diwilayah mereka. Konsolidasi yang dilakukan sebagai tolak ukur sejauh mana gerakan para petani.
Yono salah satu petani mengatakan, Organisasi Petani adalah pilar utama gerakan reforma agraria. Petani adalah tulang punggung Negara. Karena berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia.
Namun kata Yono ketika para petani kehilangan lahan pertanian dan terancam kehilangan sandaran ekonominya akibat berkonflik dengan perusahaan. Maka petani ibarat tikus mati dilumbung padi.
” Petani itu tulang punggung Negara, tapi kalo tulang punggungnya dinjak-injak terus, maka tulang punggung itu pun akan patah,” ucapnya. (3/3/25).
Selain itu, Zaen yang juga salah satu petani di dataran Toili menceritakan. Konflik Agraria antara para petani dengan PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) seakan tak pernah ada ujungnya. Puluhan tahun lamanya juga para petani lingkar sawit memperjuangkan keadilan agraria.
Bahkan kata Zaen, dalam perjuangan tersebut, puluhan sudah petani yang diproses hukum karna bersuara lantang memperjuangkan hak atas tanahnya. Bahkan ada yang dipenjara dari proses perjuangan tersebut. Sedangkan pihak Perusahaan sendiri, seakan tak tersentuh oleh hukum.
” Keberpihakan itu bisa terwujud hanya melalui Konsolidasi dan Persatuan Kaum Tani yang terus berjuang menuntut perubahan nasib kaum tani,” tegas Zaen.